Selasa, 25 Agustus 2015

Pengantar Seni Grafis


Pengertian Seni Grafis

Dalam pengertian secara umum istilah seni grafis berasal dari bahasa Yunani yaitu kata graphein yang dapat diartikan “menggambar” atau “menulis”. Namun secara khusus seni grafis merupakan penggubahan gambar dengan melalui proses cetak manual dengan menggunakan meterial tertentu dengan tujuan untuk memperbanyak gambar. Pada penerapannya seni grafis meliputi semua karya seni dengan penggubahan gambar orisinal atau desain yang dibuat oleh seniman dengan melalui proses pencetakan dengan tujuan reproduksi atau memperbanyak. Pencetakan tersebut yang kemudian lebih dikenal sebagai bagian utama dari seni grafis, dimana setiap hasil cetakan memiliki bentuk yang identik dengan klise yang digunakan sebagai pola cetak.


Seni grafis sendiri pada dasarnya meliputi 4(empat) teknik dasar yang mengacu pada proses pencetakannya, yaitu seni cetak tinggi(relief print), seni cetak dalam(intaglio), seni cetak datar(serigrafi) dan seni cetak datar(planograf). Meskipun demikian ada’[nya inovasi dan eksperimentasi pada teknik dan meterial yang ddilakukan terus-menerus dewasa ini tidak dipungkiri telah membuka banyak ruang dalam seni grafis untuk bisa dijelajahi lebih dalam. Ddengan demikian sangat terbuka luas bagi seniman untuk menentukan pada teknik maupun teknologi yang tersedia sesuai dengan minat dan kecenderungannya masing-masing.

Sejarah Seni Grafis
Sejarah seni grafis sesungguhnya jika diruntut dari pengertian seni grafis itu sendiri baru bermula di Eropa, saat mesin pengganda tulisan maupun gambar belum ditemukan. Berbekal keahlian dalam mengukir pada permukaan blok kayu yang kemudian dikenal dengan sebutan klise, para pioner-pioner seni cetak inilah yang menghasilkan seni grafis modern yang ddikenal sampai saat ini. Tapi jika meruntut dari gagasan sederhana tentang seni grafis dari seni cetaknya, dapat dilihat di Gua Leang-leang di Pulau Sulawesi maupun beberapa gua purba di Meksiko dan Spanyol. Bisa ditemukan jejak-jejak seni grafis purba ddi dindin-dinding gua berupa cap tangan manusia purba yang diperkirakan sudah ada sejak jaman 35.000 tahun SM.


Secara tidak langsung, baik sadar maupun tidak manusia modern saat ini terkadang masih melakukan proses yang sama seperti yang dilakukan oleh para manusia purba. Sadar ataupun tidak, proses mencetak menjadi hal yang tidak lepas dari budaya manusia saat ini. Satampel, batik cap, mata uang, sablon, percetakan dan masih banyak lagi, yang sesungguhnya menunjukkan vitalnya sebuah proses cetak-mencetak. Berikut sejarah perkembangan seni grafis modern secara singkat, dari aspek sejarah seni:

Sejarah Perkembangan

Pada akhir abad ke-14 di Eropa, teknik cukil kayu(relief print) digunakan sebagai teknik cetak untuk pola-pola padda kain maupun mencetak gambar pada kartu permainan. Satu abad kemudian teknik cetak cukil kayu ini berkembang sebagai teknik untuk membuat gambar ilustrasi maupun ornamen yang menghiasi buku-buku pada masa itu, sedangkan pada proses pewarnaannya digunakan dengan goresan kuas seperti melukis. Fungsinya untuk memperbanyak naskah keagamaan berikut gambar-gambar para orang suci dari kisah Bible. Memasuki abad ke-16 cetak cukil kayu berkembang di Jerman dan mencapai kejayaannya di sana, baik secara nilai estetiknya dan ekspresinya sebagai karya seni maupun secara teknis dalam proses pembuatannya yang dikerjakan oleh para pengrajin perhiasan.

Para seniman yang terkenal pada masa itu adalah Albrecht Durer (1472-1528), Lucas Cranach (1472-1553),dan Hans Holbien (1498-1543) dan tokoh yang terkenal sebagai seniman pengrajin pada masa adalah Hans Lutzelberger. Demikian pula di Italia, cetak cukil kayu dikembangkan oleh Mannerist artist(seniman yang mengkopi karya-karya seniman terkenal, di zaman Renaissance) Francesco Parmigianino (1503-1540), pencukilannya dilakukan oleh Ugo da Carpi. Di Belanda dikenal Lucas van Layder (1494-1533) yang karya-karyanya sangat terpengaruh oleh Albrecht Durer.

Memasuki abad ke-17 proses cetak cukil kayu mulai bergeser peranannya dengan munculnya line-engraving dan cetak dalam(intaglio) sebagai media reproduksi. Teknik ini pada dasarnya bisa lebih mencapai gambar-gambar yang lebih naturalis yang dibutuhkan pada masa itu. Setelah abad ke-19 media cetak cukil kayu dipakai lagi sebagai media ekspresi, hal ini bisa dilihat dari karya-karya seniman Perancis yaitu Paul Gauguin dan Felix Vallotton dan seniman Norwegia, Edvard Munch. Para seniman ini melakukan hal yang berbeda ddari masa sebelumnya, yaitu melakukan sendiri proses pembuatan desain-pemindahan gambar ke blok cetakan-pencukilan hingga pencetakan.

Sepenggal Sejarah Seni Grafis Indonesia

Sejarah teknik cukil di Indonesia yang bisa dilacak sampai saat ini adalah laporan Rivai Apin mengenai penerbitan kumpulan cetakan cukil lino dengan judul Pantjangan Pertama yang dilakukan oleh saudara kandungnya, Mochtar Apin. Catatan tersebut bisa ditemukan dari majalah Mimbar Indonesia terbitan 17 Agustus 1948, sekitar 3 tahun setelah Proklamasi Indonesia. Adanya kekeliruan pemahaman Rivai Apin yang dalam tulisannya menilai seni grafis sebagai “bagian dari seni lukis”. Hal ini membuat seni grafis hidup dalam cengkraman seni lukis.

Seni grafis di Indonesia pada awal kemerdekaan bergerak sebagai seni propaganda, mulai dari Pantjangan Pertama yang dibuat oleh Mochtar Apin dalam promosi Kemerdekaan Indonesia kepada Negara-negara tetangga. Poster-poster perlawanan terhadap aksi agresi militer Belanda, perjuangan hingga kepentingan pemilu. Beberapa seniman grafis seperti Mochtar Apin, Abdul Salam, Baharuddin MS, Soeromo, G. Sidharta, Wim Nirahahua, Widayat, Ng. Sembiring, AD Pirous, Nashar, Oesman Effendi karya-karyanya menjadi sejarah pergerakan seni grafis Indonesia. Bahkan karya Boeng Ayo Boeng yang desainnya dikerjakan oleh Affanddi menjadi salah satu arsip sejarah baik sejarah seni maupun Indonesia yang tidak mampu untuk dilupakan. Sifatnya yang bisa digandakan membuat karya seni grafis sangat lekat dengan kepentingan sosial dan politik. Sebagaimana diketahui bahwa situasi sosial politik sangat mempengaruhi kehidupan seni.

Keberadaan seni grafis didunia pendiddikan seni juga sempat mengalami masa yang sulit, ketika seni grafis masih dianggap sebagai cabang dari seni lukis. Masa tersebut terjadi diawal berdirinya ASRI hingga akhirnya seni grafis berkembang menjadi minat yang terpisah dari seni lukis. Walaupun begitu, sampai saat ini penganak tirian seni grafis sebagai seni yang satu level dengan seni lukis dan petung juga masih terasa. Hal ini dibuktikan dengan lebih sedikitnya orang yang mengenal seni grafis ini, jumlah peminat diperguruan tinggi seni yang tidak sebanding dengan seni lukis, jumlah kolektor karya seni grafis yang masih minim dan bahkan sangat sedikitnya para pengajar seni rupa ditingkat SD-SMU yang mengenal tentang cabang seni ini. 

Ruang Lingkup Seni Grafis
Secara luas seni grafis memiliki 4 ruang lingkup yang dibagi sesuai dengan kaedah proses pembuatan karyanya, berikut ruang lingkup dalam seni grafis:

Cetak Tinggi (relief print)
Cetak tinggi merupakan teknik yang dapat dikatakan paling populer, karena selain paling awal dilakukan juga merupakan teknik yang paling merakyat. Pada hakekatnya seni cetak tinggi dapat dipahami sebagai seni cetak yang menggaunakan plat baik dari balok kayu, karpet lino, hardboard dan media-media sejenisnya. Dimana pada proses pengerjaanya, desain yang tergambar pada permukaan plat tersebut akan melalui proses reduksi menggunakan pisau cukil. Hingga bagian yang tersisa hanya bagian desain yang diinginkan(bagian yang menonjol/ relief), dan bagian yang cekung merupakan bagian yang tidak akan tercetak(putih kertas), penggunaan teknik cetak ini pada masa sekarang dapat ditemukan pada stampel. Macam-macam teknik yang ada pada cetak tinggi:
a.   Woodcut
b.   Wood engraving
c.    Collase

Cetak Dalam (intaglio)
Teknik cetak ini mulai digunakan pada secara intens sekitar abad 15 oleh seniman Jerman, Albrecht Durer. Intaglio sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Itali yang berarti mengukir atau menggores. Sesuai dengan namanya, teknik ini kebalikan dari teknik relief print, dimana bagian yang menyimpan tinta dan nantinya menjadi bagian yang tercetak adalah bagian permukaan yang dalam atau bagian paritnya. Aplikasi dari teknik ini pada saat ini bisa dijumpai pada gambar pahlawan pada pecahan uang kertas. Macam-macam teknik yang ada pada cetak dalam:
a.     Drypoint
b.     Etching
c.     Mezzotint

Cetak Saring (serigrafi)
Dinamakan cetak saring karena alat yang digunakan dalam teknik ini sejenis kain yang sangat halus, kuat dan memiliki pori-pori dengan tingkat kerapatan yang berbeda. Lebih banyak dikenal orang dengan nama teknik sablon, dimana saat ini sangat penting ddalam perkembangan seni desain kaos.

Cetak Datar (plannograph)
Teknik ini pada dasarnya tidak memanfaatkan tekstur atau relief pada permukaan blok cetak, melainkan permukaan blok cetak yang benar-benar datar. Bahan yang sering digunakan pada teknik ini adalah potongan batu limestone yang saat ini hanya digunakan oleh kampus ITB. Pengembangan teknik ini bisa ditemukan dalam metodde cetak offset yang sering dijumpai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar