Pengertian Seni Grafis
Dalam pengertian secara umum istilah
seni grafis berasal dari bahasa Yunani yaitu kata graphein yang dapat
diartikan “menggambar” atau “menulis”. Namun secara khusus seni grafis
merupakan penggubahan gambar dengan melalui proses cetak manual dengan menggunakan
meterial tertentu dengan tujuan untuk memperbanyak gambar. Pada penerapannya
seni grafis meliputi semua karya seni dengan penggubahan gambar orisinal atau
desain yang dibuat oleh seniman dengan melalui proses pencetakan dengan tujuan
reproduksi atau memperbanyak. Pencetakan tersebut yang kemudian lebih dikenal
sebagai bagian utama dari seni grafis, dimana setiap hasil cetakan memiliki
bentuk yang identik dengan klise yang digunakan sebagai pola cetak.
Seni grafis sendiri pada dasarnya
meliputi 4(empat) teknik dasar yang mengacu pada proses pencetakannya, yaitu
seni cetak tinggi(relief print), seni
cetak dalam(intaglio), seni cetak
datar(serigrafi) dan seni cetak
datar(planograf). Meskipun demikian
ada’[nya inovasi dan eksperimentasi pada teknik dan meterial yang ddilakukan
terus-menerus dewasa ini tidak dipungkiri telah membuka banyak ruang dalam seni
grafis untuk bisa dijelajahi lebih dalam. Ddengan demikian sangat terbuka luas
bagi seniman untuk menentukan pada teknik maupun teknologi yang tersedia sesuai
dengan minat dan kecenderungannya masing-masing.
Sejarah Seni Grafis
Sejarah seni grafis sesungguhnya jika
diruntut dari pengertian seni grafis itu sendiri baru bermula di Eropa, saat
mesin pengganda tulisan maupun gambar belum ditemukan. Berbekal keahlian dalam
mengukir pada permukaan blok kayu yang kemudian dikenal dengan sebutan klise,
para pioner-pioner seni cetak inilah yang menghasilkan seni grafis modern yang
ddikenal sampai saat ini. Tapi jika meruntut dari gagasan sederhana tentang
seni grafis dari seni cetaknya, dapat dilihat di Gua Leang-leang di Pulau
Sulawesi maupun beberapa gua purba di Meksiko dan Spanyol. Bisa ditemukan
jejak-jejak seni grafis purba ddi dindin-dinding gua berupa cap tangan manusia
purba yang diperkirakan sudah ada sejak jaman 35.000 tahun SM.
Secara tidak langsung, baik sadar
maupun tidak manusia modern saat ini terkadang masih melakukan proses yang sama
seperti yang dilakukan oleh para manusia purba. Sadar ataupun tidak, proses
mencetak menjadi hal yang tidak lepas dari budaya manusia saat ini. Satampel,
batik cap, mata uang, sablon, percetakan dan masih banyak lagi, yang
sesungguhnya menunjukkan vitalnya sebuah proses cetak-mencetak. Berikut sejarah
perkembangan seni grafis modern secara singkat, dari aspek sejarah seni:
Sejarah Perkembangan
Pada akhir abad ke-14 di Eropa, teknik
cukil kayu(relief print) digunakan
sebagai teknik cetak untuk pola-pola padda kain maupun mencetak gambar pada
kartu permainan. Satu abad kemudian teknik cetak cukil kayu ini berkembang
sebagai teknik untuk membuat gambar ilustrasi maupun ornamen yang menghiasi
buku-buku pada masa itu, sedangkan pada proses pewarnaannya digunakan dengan
goresan kuas seperti melukis. Fungsinya untuk memperbanyak naskah keagamaan
berikut gambar-gambar para orang suci dari kisah Bible. Memasuki abad ke-16
cetak cukil kayu berkembang di Jerman dan mencapai kejayaannya di sana, baik
secara nilai estetiknya dan ekspresinya sebagai karya seni maupun secara teknis
dalam proses pembuatannya yang dikerjakan oleh para pengrajin perhiasan.
Para seniman yang terkenal pada masa
itu adalah Albrecht Durer (1472-1528), Lucas Cranach (1472-1553),dan Hans
Holbien (1498-1543) dan tokoh yang terkenal sebagai seniman pengrajin pada masa
adalah Hans Lutzelberger. Demikian pula di Italia, cetak cukil kayu
dikembangkan oleh Mannerist artist(seniman
yang mengkopi karya-karya seniman terkenal, di zaman Renaissance) Francesco Parmigianino (1503-1540), pencukilannya
dilakukan oleh Ugo da Carpi. Di Belanda dikenal Lucas van Layder (1494-1533)
yang karya-karyanya sangat terpengaruh oleh Albrecht Durer.
Memasuki abad ke-17 proses cetak cukil
kayu mulai bergeser peranannya dengan munculnya line-engraving dan cetak dalam(intaglio)
sebagai media reproduksi. Teknik ini pada dasarnya bisa lebih mencapai
gambar-gambar yang lebih naturalis yang dibutuhkan pada masa itu. Setelah abad
ke-19 media cetak cukil kayu dipakai lagi sebagai media ekspresi, hal ini bisa
dilihat dari karya-karya seniman Perancis yaitu Paul Gauguin dan Felix
Vallotton dan seniman Norwegia, Edvard Munch. Para seniman ini melakukan hal
yang berbeda ddari masa sebelumnya, yaitu melakukan sendiri proses pembuatan
desain-pemindahan gambar ke blok cetakan-pencukilan hingga pencetakan.
Sepenggal Sejarah Seni Grafis Indonesia
Sejarah teknik cukil di Indonesia yang
bisa dilacak sampai saat ini adalah laporan Rivai Apin mengenai penerbitan
kumpulan cetakan cukil lino dengan judul Pantjangan Pertama yang dilakukan oleh
saudara kandungnya, Mochtar Apin. Catatan tersebut bisa ditemukan dari majalah
Mimbar Indonesia terbitan 17 Agustus 1948, sekitar 3 tahun setelah Proklamasi
Indonesia. Adanya kekeliruan pemahaman Rivai Apin yang dalam tulisannya menilai
seni grafis sebagai “bagian dari seni lukis”. Hal ini membuat seni grafis hidup
dalam cengkraman seni lukis.
Seni grafis di Indonesia pada awal
kemerdekaan bergerak sebagai seni propaganda, mulai dari Pantjangan Pertama
yang dibuat oleh Mochtar Apin dalam promosi Kemerdekaan Indonesia kepada
Negara-negara tetangga. Poster-poster perlawanan terhadap aksi agresi militer
Belanda, perjuangan hingga kepentingan pemilu. Beberapa seniman grafis seperti
Mochtar Apin, Abdul Salam, Baharuddin MS, Soeromo, G. Sidharta, Wim Nirahahua,
Widayat, Ng. Sembiring, AD Pirous, Nashar, Oesman Effendi karya-karyanya
menjadi sejarah pergerakan seni grafis Indonesia. Bahkan karya Boeng Ayo Boeng
yang desainnya dikerjakan oleh Affanddi menjadi salah satu arsip sejarah baik
sejarah seni maupun Indonesia yang tidak mampu untuk dilupakan. Sifatnya yang
bisa digandakan membuat karya seni grafis sangat lekat dengan kepentingan
sosial dan politik. Sebagaimana diketahui bahwa situasi sosial politik sangat
mempengaruhi kehidupan seni.
Keberadaan seni grafis didunia
pendiddikan seni juga sempat mengalami masa yang sulit, ketika seni grafis
masih dianggap sebagai cabang dari seni lukis. Masa tersebut terjadi diawal
berdirinya ASRI hingga akhirnya seni grafis berkembang menjadi minat yang
terpisah dari seni lukis. Walaupun begitu, sampai saat ini penganak tirian seni
grafis sebagai seni yang satu level dengan seni lukis dan petung juga masih
terasa. Hal ini dibuktikan dengan lebih sedikitnya orang yang mengenal seni
grafis ini, jumlah peminat diperguruan tinggi seni yang tidak sebanding dengan
seni lukis, jumlah kolektor karya seni grafis yang masih minim dan bahkan
sangat sedikitnya para pengajar seni rupa ditingkat SD-SMU yang mengenal
tentang cabang seni ini.
Ruang
Lingkup Seni Grafis
Secara luas seni grafis memiliki 4 ruang lingkup yang dibagi
sesuai dengan kaedah proses pembuatan karyanya, berikut ruang lingkup dalam
seni grafis:
Cetak
Tinggi (relief print)
Cetak tinggi merupakan teknik yang
dapat dikatakan paling populer, karena selain paling awal dilakukan juga
merupakan teknik yang paling merakyat. Pada hakekatnya seni cetak tinggi dapat
dipahami sebagai seni cetak yang menggaunakan plat baik dari balok kayu, karpet
lino, hardboard dan media-media sejenisnya. Dimana pada proses pengerjaanya,
desain yang tergambar pada permukaan plat tersebut akan melalui proses reduksi
menggunakan pisau cukil. Hingga bagian yang tersisa hanya bagian desain yang
diinginkan(bagian yang menonjol/ relief),
dan bagian yang cekung merupakan bagian yang tidak akan tercetak(putih kertas),
penggunaan teknik cetak ini pada masa
sekarang dapat ditemukan pada stampel. Macam-macam teknik yang ada pada cetak
tinggi:
a. Woodcut
b. Wood
engraving
c. Collase
Cetak
Dalam (intaglio)
Teknik cetak ini mulai digunakan pada
secara intens sekitar abad 15 oleh seniman Jerman, Albrecht Durer. Intaglio sendiri sesungguhnya berasal
dari bahasa Itali yang berarti mengukir atau menggores. Sesuai dengan namanya,
teknik ini kebalikan dari teknik relief
print, dimana bagian yang menyimpan tinta dan nantinya menjadi bagian yang
tercetak adalah bagian permukaan yang dalam atau bagian paritnya. Aplikasi dari
teknik ini pada saat ini bisa dijumpai pada gambar pahlawan pada pecahan uang
kertas. Macam-macam teknik yang ada pada cetak dalam:
a. Drypoint
b. Etching
c. Mezzotint
Cetak
Saring (serigrafi)
Dinamakan cetak saring karena alat yang
digunakan dalam teknik ini sejenis kain yang sangat halus, kuat dan memiliki
pori-pori dengan tingkat kerapatan yang berbeda. Lebih banyak dikenal orang
dengan nama teknik sablon, dimana saat ini sangat penting ddalam perkembangan
seni desain kaos.
Cetak Datar (plannograph)
Teknik ini pada dasarnya tidak
memanfaatkan tekstur atau relief pada permukaan blok cetak, melainkan permukaan
blok cetak yang benar-benar datar. Bahan yang sering digunakan pada teknik ini
adalah potongan batu limestone yang
saat ini hanya digunakan oleh kampus ITB. Pengembangan teknik ini bisa
ditemukan dalam metodde cetak offset yang
sering dijumpai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar